Kamis, 12 November 2015

Peran Mahasiswa Dalam Diversifikasi Energi

Apa sih peran mahasiswa dalam diversifikasi Energi ?Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan pembangunan, ekonomi, dan pendidikan yang belum merata sehingga inflasi adalah ancaman serius bagi bangsa. Tercatat, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen), turun 1,00 juta orang (0,84 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen)[3]. Angka kemiskinan di Indonesia ini menurun secara statistik, namun berbanding lurus dengan tingkat taraf hidup masyarakat sebenarnya. Minimnya lapangan pekerjaan dan korupsi merupakan faktor yang menyebabkan taraf hidup menurun. Kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia juga belum terdistribusi merata sehingga tingkat sumber daya alam yang dimiliki tidak selaras dengan sumber daya manusia. Sistem pendidikan belum memadai sehingga sumber daya manusia kita kurang bersaing dengan mancanegara.

Berbeda dengan jumlah sumber daya manusia, Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Kelimpahan tersebut menjadi sasaran empuk bagi negara lain, seperti China, India, dan Amerika Serikat,untuk mengeruk dan menguasai dengan cara pembiayaan perusahaan-perusahaan tambang lokal yang kesulitan pendanaan. Menurut data British Petroleum Statistical Review, Indonesia yang hanya memiliki cadangan batubara sebesar 4,3 miliar ton atau 0,5 persen dari total cadangan batubara dunia menjadi pemasok utama batubara China yang memiliki cadangan batubara sebesar 114,5 miliar ton atau 13,9 persen dari total cadangan batubara dunia. Saat ini, Indonesia telah mengekspor 240 juta ton dari rata-rata produksi 340 juta ton per tahun. Di sektor migas, penguasaan cadangan migas juga masih didominasi oleh perusahaan asing. Dari total 225 blok yang dikelola kontraktor kontrak kerjasama non-Pertamina, 120 blok dioperasikan perusahaan asing, 28 blok yang dioperasikan perusahaan nasional, dan 77 blok sisanya dioperasikan oleh perusahaan gabungan asing dan lokal[4]. Dominasi asing dalam hal migas sebesar 75 persen dan 25 persennya menjadi porsi nasional.

Pengerukan sumber daya alam, berupa minyak bumi, secara kontinu menyebabkan stok terus menipis. Secara statistik, Pertamina sebagai BUMN monopoli dan regulator energi Indonesia hanya dapat menghasilkan 241.156 ribu barel total BBM pada tahun 2010 yang mengalami penurunan produksi dibandingkan tahun sebelumnya 246.289 ribu barel[5]. Untuk menutupi kekurangan suplai kebutuhan energi nasional tersebut, minyak bumi harus diimpor dari luar negeri. 

Mix energy merupakan langkah paling efektif dalam penyediaan energi. Dengan pengaturan dan koordinasi persentase berbagai potensi sumber energi disuplai ke masyarakat menjadi langkah konservasi energi untuk jangka waktu yang lama. Gagasan mix energy, seperti BBM dengan BBG,sudah lama direncanakan, tapi kerja yang lambat menjadi kendala. Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) sudah dimulai awal 1990 di Jakarta, Surabaya, dan Palembang, namun hanya di Jakarta yang lumayan berjalan. Mix energy bahan bakar fosil dengan energi terbarukan merupakan langkah konservasi paling efisien karena supai energi lebih besar dan bahan bakar fosil digunakan lebih sedikit.

Bukan hanya dari segi ketersediaan sumber daya alam, alat dan bahan konversi energi dalam negeri mengandalkan negara lain menjadi faktor besarnya biaya pengeluaran, seperti ekspor katalis pereaksi minyak bumi sebelum ditemukan mahasiswa S2 ITB tahun 2011. Impor alat dan bahan konversi ini menunjukkan keterbatasan sumber daya manusia dalam pengembangan teknologi. Riset merupakan penunjang teknologi, namun minatnya sangat minim di Indonesia karena dipengaruhi dari faktor sistem dan fasilitas pendidikan di Indonesia belum memadai. Tercatat hasil riset bidang fisika pada tahun 2006, populasi penduduk di Indonesia menapai 245,45 juta jiwa dan hanya 113 penelitian yang dihasilkan. Sedangkan di Malaysia, dengan populasi penduduk mencapai 24,39 juta jiwa menghasilkan 117 penelitian, Vietnam 84,40 juta jiwa menghasilkan 201 penelitian, dan Singapura 4,49 juta jiwa menghasilkan 253 penelitian [9].Maka dari itu, pembenahan dan pengembangan teknologi energi perlu ditingkatkan denganpeningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

Dari sekian banyak energi terbarukan, BBH atau bahan bakar hidrogen yang berpotensi menjadi pengganti bahan bakar fosil.Produk hasil pembakarannya adalah air sehingga tidak menjadi polusi. BBH telah digunakan sebagai bahan bakar roket. Dengan hidrogen yang relatif sedikit direaksikan dengan oksigen menghasilkan energi yang dapat mengantarkan roket keluar angkasa. Prinsip ini telah menjadi pemikiran eropa untuk mencanangkan BBH sebagai sumber energi nasional, seperti Swedia dan Inggris.Jika dalam implementasinya diperuntukan bahan bakar transportasi, maka perlu dibangun  dengan total kapasitas produksi sekitar 257.000 ton gas H2. Menurut peneliti Puslit Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), gambaran harga hidrogen saat ini dalam skala produksi US$3,5 per kilogram sehingga untuk satu kilogram hidrogen sama dengan empat liter bensin[11]. Indonesia yang memiliki sumber hidrogen berlimpah, seperti air, metana, laut, batubara, dan sebagainya, dapat dieksplorasi menjadi energi sehingga pencanangan BBH sebagai sumber energi nasional sangat cocok diterapkan.

Mahasiswa adalah salah satu sumber daya manusia yang memiliki peran penting dalam proses diversifikasi energi. Sebagai mahasiswa diupayakan dapat berpikir luas dan menganalisa tentang keadaan Indonesia. Peran mahasiswa bukan sekadar berdemo dan menyuarakan isi hati rakyat, namun dibutuhkan aksi berupa pemikiran dan pengembangan untuk membantu menyelesaikan masalah terutama kebutuhan energi di Indonesia.Berbagai sumber energi di Indonesia sebagai fokus dalam diversifikasi.Mahasiswa dapat berperan mengeksplorasiteknologi dansumber energimelalui riset.Pembudayaan riset energi dengan wadah tertentu (lembaga penelitian di universitas, komunitas, dan kelompok diskusi) menjadi hal penting untuk kemajuan teknologi dan diversifikasi energi.Terlibat dalam kegiatan penyuluhan dan sosialisasi konservasi energi ke masyarakat juga dapat dilakukan mahasiswa untuk menumbuhkan kepedulian terhadap energidi Indonesia.

Peran mahasiswa sebagai SDM masa depan sangat penting. Pengembangan teknologi dan penerapan bahan bakar hidrogen membutuhkan sumber daya manusia handal untuk siap menerapkan BBH sebagai sumber energi.Wadah yang dapat menampung kreativitas perlu dikembangkan untuk meningkatkan minat penelitian dan pengembangan hard and soft skillmahasiswa. Penyuluhan dan seminar merupakan wadah pengembangan sehingga mahasiswa lebih siap terjun ke lapangan nantinya. Berbagai hal dapat dikontribusikan melalui hasil riset, seperti pengembangan alat konversi energi, pengembangan produksi bahan bakar, dan merancang komponenproduksi maupun penggunaan.Maka dari itu, disiplin ilmu dapat dikembangkan untuk konservasi dan diversifikasi energi berupa BBH sehingga penerapannya lebih efektif dan efisien.

Rancangan penggunaan energi masa peralihan dan masa depan merupakan fokus awal untuk keberhasilan penerapan. Ketergantungan sumber energi dari luar negeri secara bertahap dapat di minimalisasikan dengan meningkat kualitas dan kuantitas sumber daya manusia. Mix energy dari berbagai sumbernya merupakan langkah konservasi dimasa peralihan danperlu pembenahan sistem distribusi danpenambangan sumber energi. Penggunaan BBH sebagai energi masa depan merupakan diversifikasi menuju Indonesia mandiri energi.Pembudayaan konservasi dan diversifikasimelalui peran mahasiswa, dengan penyuluhan dan riset, secara optimal akan meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kita serta membantu mengatasi masalah ketergantungan energi dari luar negeri tersebut.

Artikel ini disumbangkan untuk situs Sinergi

Sumber: Energi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar